Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

Siput Laut Hijau

http://jayagila.files.wordpress.com/2010/02/elyschlor1.jpg

Siput laut hijau tampaknya menjadi bagian hewan, bagian tanaman. Ini makhluk pertama ditemukan untuk menghasilkan tanaman pigmen klorofil.

Sneaky siput yang tampaknya telah mencuri gen yang memungkinkan keterampilan ini dari ganggang bahwa mereka telah dimakan. Dengan selundupan gen, peluru dapat melakukan fotosintesis - tanaman proses digunakan untuk mengkonversi sinar matahari menjadi energi.
http://jayagila.files.wordpress.com/2010/02/elysia1.jpg
Sidney Pierce, ahli biologi di University of South Florida di Tampa mengatakan,
"Mereka bisa membuat molekul yang mengandung energi tanpa harus makan apa-apa,"

Pierce telah mempelajari makhluk-makhluk yang unik, secara resmi disebut Elysia chlorotica, selama sekitar 20 tahun. Dia menyampaikan temuan-temuan terbaru Januari 7 pada pertemuan tahunan Society for Integratif dan Perbandingan Biologi di Seattle. Temuan ini pertama kali dilaporkan oleh Science News.

"Ini adalah pertama kalinya bahwa binatang multicellar telah mampu menghasilkan klorofil," kata Pierce

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:GMsUUm81Su8oQM::www.nature.com/nature/journal/v459/n7244/images/nature08060-f3.2.jpg&t=1&h=246&w=205&usg=__yb-WkSmoFP7ZEtXLbmwqLJkjfo4=

Siput laut hidup di rawa-rawa garam di New England dan Kanada. Selain burglarizing gen diperlukan untuk membuat pigmen hijau klorofil, siput laut juga mencuri sel kecil bagian yang disebut kloroplas, yang mereka gunakan untuk melakukan fotosintesis. The kloroplas menggunakan chlorophyl untuk mengkonversi sinar matahari menjadi energi, sama seperti tanaman lakukan, sehingga menghilangkan keharusan untuk makan makanan untuk mendapatkan energi.

"Kami mengumpulkan mereka dan kita menjaga mereka dalam aquaria selama berbulan-bulan," kata Pierce. "Selama kita menyinari mereka selama 12 jam sehari, mereka dapat bertahan hidup [tanpa makanan]."

Para peneliti menggunakan pelacak radioaktif untuk memastikan bahwa siput laut benar-benar menghasilkan klorofil sendiri, sebagai lawan hanya mencuri siap pakai pigmen dari ganggang. Bahkan, siput laut memasukkan materi genetik begitu baik, mereka menularkannya kepada generasi selanjutnya siput.

Pencuri bayi dari siput mempertahankan kemampuan untuk memproduksi klorofil mereka sendiri, walaupun mereka tidak dapat melakukan fotosintesis sampai mereka sudah cukup makan ganggang untuk mencuri kloroplas yang diperlukan, yang mereka belum bisa menghasilkan sendiri.

Peluru prestasi cukup sebuah prestasi, dan ilmuwan belum yakin bagaimana hewan benar-benar sesuai gen mereka butuhkan.

"Memang ada kemungkinan bahwa DNA dari satu spesies dapat masuk ke spesies lain, seperti siput ini telah jelas menunjukkan," kata Pierce. "Tapi mekanisme masih belum diketahui."

Jamur Yang Bercahaya Dalam Gelap

Mungkin banyak orang yang tidak tahu akan uniknya jamur jenis ini dan mungkin awalnya bakal mengira jamur-jamur ini sebagai hantu saat melihatnya. Tapi jangan takut, itu cuma sejenis jamur yang memiliki kemampuan kimiawi untuk menghasilkan cahaya dalam kegelapan... Wow, jadi seperti baju Polantas waktu malam hari ya...

[Unik] Jamur Yang Menyala Mirip Lampu Neon

Beberapa jenis jamur yang tumbuh di hutan tropis Taman Wisata Nasional Lembah Ribeira, dekat Sao Pulo, Brasil memendarkan cahaya saat sekitarnya gelap. Jamur-jamur tersebut memiliki kemampuan bioluminescent karena reaksi kimia di tubuhnya menghasilkan cahaya berwarna hijau.

Jamur-jamur yang ditemukan di Brasil itu termasuk dalam genus Mycena. Di seluruh dunia terdapat sekitar 500 jenis jamur yang masuk ke dalam genus ini, tapi hanya 33 persen yang memiliki kemampuan bioluminescent.

[Unik] Jamur Yang Menyala Mirip Lampu Neon

Ada lebih dari 10 jenis jamur bioluminescent yang baru ditemukan di Brazil sejak 2002, empat di antaranya merupakan spesies yang belum diketahui sebelumnya. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Cassius Stevani, profesor kimia dari Universitas Sao Paulo, Dennis Desjardin, profesor ilmu jamur dari Universitas Negeri San Fransisco California, dan Marina Capelari dari Institut Botani Brasil.

[Unik] Jamur Yang Menyala Mirip Lampu Neon

"Penemuan ini telah menambah jumlah jamur berpendar, yang diketahui sejak 1970-an, menjadi 30 persen lebih banyak," ujar Stevani. Wah siapa yang menyangka, ada jenis jamur yang menyala mirip lampu neon ini..??

source: http://nuansabrita.blogspot.com/2010/02/unik-jamur-yang-menyala-mirip-lampu.html

Bendungan Berang-berang Terbesar di Dunia

Konstruksi kayu yang merupakan bendungan berang-berang terbesar di dunia setinggi 2.790 kaki mengejutkan peneliti dan dapat dilihat dari luar angkasa.
Mamalia ini menggunakan pohon, lumpur, dan batu untuk membuat semacam tipe parit yang digunakan untuk melatih keahlian renang agar dapat menghindari predator apapun.
Keluarga mamalia ini tinggal di pondokan bendungan dan menghabiskan waktu untuk menambah dan memperbaiki struktur luar biasa ini. Bendungan berang-berang tersebut diketahui para ahli saat mengamati bentuk dan penyebaran bendungan berang-berang di Amerika Utara. Bendungan ini berlokasi di tepi selatan Wood Buiffalo National Park di Utara Alberta, Kanada.

Sementara bendungan berang-berang sering ditemukan memiliki panjang 1500 kaki, bendungan ini mengejutkan para ahli biologi. Diperkirakan beberapa keluarga berang-berang ikut andil dalam menciptakan bendungan besar tersebut, di mana berisikan ribuan kayu dan membutuhkan beberapa bulan untuk menyelesaikannya.

Bendungan begitu penting bagi ekologi dan lingkungan yang lebih luas, serta perubahan cuaca dapat ditinjau dari penyebaran bendungan.

“Berang-berang membangun bendungan untuk menciptakan habitat yang baik. Mereka sangat lincah di air namun begitu lambat di daratan. Mereka menciptakan sebuah habitat dengan air yang banyak seperti parit sekitar tempat tinggal mereka sehingga mereka dapat berenang dan pergi serta berada satu langkah di depan para predator mereka, anjing hutan dan beruang,” kata Sharon Brown, ahli biologi dari Beavers, Wetland dan Wildlife, organisasi pendidikan di Amerika Utara.

Berang-berang juga menggunakan air untuk memindahkan pohon yang digunakan mereka di bendungan tersebut, karena lebih mudah mengalirkan kayu di air dibandingkan harus menggotong benda ini di daratan. “Habitat ini tidak hanya baik bagi mereka tetapi juga bagi hewan lain serta lingkungan,” jelas Brown.

“Dan saat tumbuhan ini mati di air akan berubah menjadi gambut maka cara ini adalah yang terbaik untuk menyimpan CO2,” tambahnya.

Bendungan Berang-berang 8 Kali Lapangan Bola
Hewan berang-berang memiliki kebiasaan membuat bendungan kecil untuk rumahnya. Di Kanada, ini mungkin satu-satunya bendungan terbesar di dunia yang pernah diciptakan hewan pengerat itu.

Seperti dilansirVancouversun.com, Jumat 7 Mei 2010, pada awalnya bendungan ‘raksasa’ ini tidak akan pernah diketahui oleh manusia.

Tapi tiba-tiba, seorang ilmuwan melihat titik aneh dalam citra satelit yang dipancarkan dari angkasa di lokasi itu. Bendungan itu dibangun di lokasi yang subur dan terpencil.
Tepatnya di Taman Nasional Wood Buffalo. Lokasinya ‘terselip’ di kaki Pegunungan Alberta Birch, Kanada. Di sana, beberapa generasi secara turun-temurun dari kelompok berang-berang bekerja selama beberapa dekade.

Hasilnya menakjubkan. Tercipta satu bendungan dengan panjang sekitar 850 meter, ini lebih panjang dari delapan lapangan sepakbola.

Diperkirakan, kelompok berang-berang ini telah membangun bendungan raksasa itu selama sekitar 35 tahun. Atau kira-kira 15 tahun lagi waktu yang dibutuhkan untuk membangun Taj Mahal, salah satu tujuh keajaiban dunia.

Saat ini, kelompok berang-berang itu masih melakukan pembangunan. Bahkan, bendungan yang dibangun sudah menyatu dengan lokasi sekitar. Ilmuwan yang menemukan bendungan ini luar biasa takjub.

“Ini benar-benar besar,” kata Peter Busher, Profesor Ilmu Alam dari Boston University.

Tidak ada bendungan berang-berang yang panjangnya lebih dari 100 meter. “Ini merupakan satu kesatuan dari ‘sabuk berang-berang’ yang membentang dari Taman Nasional Riding Mountain sampai Birch Mountain,” kata pria yang telah mempelajari berang-berang selama 35 tahun.

source: http://solocybercity.wordpress.com/2010/05/06/inilah-bendungan-berang-berang-terbesar-di-dunia/

Lima Makhluk Bumi Yang Mungkin Bisa Hidup Di Luar Angkasa

Untuk bertahan hidup, manusia selalu membutuhkan unsur-unsur pendukung kehidupan seperti oksigen. Namun beberapa makhluk hidup yang ada di bumi ini ternyata memiliki karakteristik yang cukup unik dan karakteristik ini memungkinkan mereka untuk hidup pada kondisi ekstrim di luar angkasa.

Sekarang, mari kita lihat lima makhluk super berikut ini:
1. Cacing yang hidup di es metana
500xotherplanetlifeicew Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
saya tahu, melihat foto di atas, kalian mungkin akan teringat dengan salah satu makhluk dalam film alien. Namun, makhluk yang terlihat cukup mengerikan di atas sebenarnya adalah makhluk bumi. Ya, ia diam di antara kita.

Makhluk itu sesungguhnya adalah seekor cacing yang hidup di lempengan es metana yang terdorong ke permukaan dari dasar laut di dekat pantai mexico.

Es metana adalah sebuah gas hidrat yang terbentuk secara alami pada tekanan tinggi dan temperatur rendah di dasar laut yang dalam.

Menurut para ahli dari pennsylvania state university, penemuan cacing ini telah membangkitkan berbagai spekulasi mengenai kehidupan di luar angkasa.

Erin mcmullin, salah satu peneliti yang turut menemukan cacing tersebut berkata:

“sangat menyenangkan ketika kita sibuk berspekulasi mengenai kehidupan di planet lain, kita malah terus menemukan bentuk kehidupan baru yang sepertinya bukan berasal dari bumi.”

lalu, jika kita memberikan sebuah tempat baru baginya di angkasa luar, dimanakah tempat yang cocok baginya?
Jawabannya adalah di titan, salah satu bulan saturnus.

Di titan, terdapat lautan methana yang berlapis-lapis. Jika kita menaruh cacing ini di titan, ada kemungkinan ia dapat bertahan hidup dengan mendiami lapisan es tersebut.

2. Makhluk yang bisa hidup di ruang hampa
tardigradewaterbear Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
setelah melihat foto di atas, saya yakin, kebanyakan dari kalian akan segera teringat dengan beruang. Tidak salah juga. Tapi, makhluk lucu ini bukan seekor beruang. Ia bernama tardigrade. Karena kemiripannya dengan beruang, ia juga sering disebut dengan nama beruang air.

Berbeda dengan beruang darat yang bertubuh besar, makhluk ini hanya memiliki panjang sekitar setengah milimeter. Ini membuatnya tidak terlihat oleh mata telanjang.

Tetapi, jangan menilainya hanya dari ukurannya. Makhluk mikro ini termasuk salah satu makhluk hidup yang paling tangguh di bumi.
Ia memiliki satu kekuatan super.

Ia bisa masuk ke dalam kondisi diam sempurna yang disebut tun. Dalam kondisi ini, makhluk ini bisa bertahan terhadap fluktuasi temperatur, bahkan yang paling ekstrim sekalipun.

Pada tahun 2008, beberapa ekor tardigrade ikut dikirim ke luar angkasa dan terbukti kalau mereka bahkan bisa bertahan di dalam ruang hampa udara.

Jadi, jika kita melepasnya ke ruang angkasa, ada kemungkinan kalau makhluk ini bisa mengarunginya hingga menemukan tempat berdiam yang cocok baginya.

3. Cacing raksasa pemakan belerang
500xtubeworms Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
makhluk ini hidup di tepi gunung api super panas jauh di dasar lautan. Dan ia memakan belerang yang dibawa oleh bakteri lokal.

Cacing raksasa ini bisa bertumbuh hingga sepanjang 2,1 meter dan bisa hidup 5 mil di bawah permukaan laut dalam kondisi tekanan yang ekstrim. Tubuh mereka didominasi warna merah. Ini karena banyaknya nadi yang berisi darah di dalamnya.

Yang menarik dari cacing ini adalah kemampuannya bertahan terhadap panas yang ekstrim dan masih tetap bisa menerima kebutuhan hidup yang cukup.
Dimanakah tempat yang cocok baginya di luar angkasa?

Makhluk ini mungkin bisa hidup di venus dimana terdapat sumber belerang yang luar biasa banyak.

4. Mikroba antartika pemakan besi
antarticablood Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
darah mengalir deras di antartika. Apakah ada pembantaian hewan besar-besaran sedang berlangsung?
Tidak! Unsur berwarna merah itu ternyata mikroba yang berdiam di dalam kumpulan air yang terjebak di bawah lapisan es.

Menurut majalah nature:

“cairan ini telah terjebak di dalam glasier selama paling tidak 1,5 juta tahun lamanya. Di dalamnya, paling tidak terdapat 30 jenis bakteri yang masing-masingnya memiliki pergerakan kimia yang unik.”

menurut salah satu peneliti bernama mikucki, mikroba ini menggunakan sulfat sebagai katalis dalam sebuah rantai reaksi yang kompleks dimana penerima elektron akhirnya adalah besi.

“ini adalah contoh bagaimana sebuah ekosistem berhasil bertahan walaupun tertutupi oleh kegelapan dan es yang tebal.”
“life finds a way.”

dengan karakteristik ini, maka mikroba ini mungkin dapat hidup di europa, salah satu bulan jupiter yang memiliki lautan yang kaya akan zat besi di bawah lapisan esnya yang tebal.

5. Bakteri yang mampu bertahan dari radiasi
500xdeinococcus Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
d. Radiodurans adalah nama bakteri ini. Ia mampu bertahan dalam dosis radiasi yang seribu kali lebih kuat dibanding dosis yang dapat diterima manusia.

Kemampuan ini didapatkannya karena sistem pemulihan dnanya yang unik.

Manusia yang menerima radiasi umumnya meninggal karena partikel radioaktif tersebut menghancurkan dnanya. Akibatnya sistem regulasi di tubuh pun terhenti.

namun bakteri ini secara menakjubkan mampu menyusun kembali dna nya yang telah hancur.

salah satu masalah yang dihadapi ketika manusia mencoba untuk hidup di bulan atau mars adalah adanya radiasi yang cukup mematikan. Jika bakteri ini dilepas di angkasa, maka radiasi yang ada di sana tidak akan mampu mempengaruhi tubuhnya.

Jadi, jika suatu hari kita menjelajahi angkasa luar dan planet-planetnya, jangan heran kalau suatu hari kita bisa menemukan makhluk seperti ini di sana. Mungkin saja.

gimana gan takjub sama hewan2 ini? :d ini menandakan bahwa hewan2 sudah berevolusi, menjadi jauh lebih kuat dari manusia, walaupun bertubuh lebih kecil, tanda2 kebesaran Tuhan yang maha esa

source: http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=83164

Seekor Kadal Bertahan Hidup Setelah Dimangsa Ikan


Hewan kecil ini telah ditelan oleh ikan di daerah terpencil sungai Cape York dan telah dicerna sebagian ketika ikan itu tertangkap oleh seorang nelayan. Tapi, untungnya bagi kadal ini, ikan Saratoga banyak dicari oleh pemancing olahraga karena kesediaannya untuk menyerang sesuatu yang bergerak dan kualitas perlawanannya.

John Berzins, seorang pemancing Amerika Serikat, sedang memancing dengan ditemani Al Simson di Sungai Doughboy di sisi barat bagian utara Cape York minggu ini ketika ia menangkap ikan ini.


http://www.artikelbebasku.co.cc/

Sementara mereka mengambil foto ikan mulai memuntahkan makanannya yang terakhir, seekor kadal yang jelas seharusnya sudah mati dan tampak mati dengan mata tak bernyawa.

http://www.artikelbebasku.co.cc/

Tetapi ketika Simson terus mengambil foto sebuah keajaiban terjadi. "Saat aku sedang melihat melalui lensa kamera saya melihat bahwa mata 'berlapis kaca' dari kadal tersebut berubah hitam sekarang," katanya.

http://www.artikelbebasku.co.cc/

Saya berkata, "Hei John, kadal ini masih hidup." Lalu John berkata, "Wow kawan, dia berkedip padaku, dan lihat, dia bernapas."

http://www.artikelbebasku.co.cc/

http://www.artikelbebasku.co.cc/

Kadal mulai berjuang keluar dan dengan sedikit bantuan dari pemancing, ia merangkak dari rahang pemangsanya. Ada beberapa bekas gigitan di punggung dan bagian ekor sebagian sudah dicerna, tapi ketika mereka meletakkan kembali di tepi sungai ia bergegas pergi.

http://www.artikelbebasku.co.cc/

"Kami menyaksikan keinginan kuat untuk bertahan hidup," kata Simson. "Kadal itu mungkin melambatkan detak jantung agar tetap hidup untuk jangka waktu tertentu di bawah air tanpa udara."


source: http://apakabardunia.com/post/inspirasi/luar-biasa-seekor-kadal-bertahan-hidup-di-dalam-perut-ikan

Kuda Laut, Si Jantan Yang Melahirkan

Kuda laut (Cavalluccio Marino) merupakan hewan yang sangat unik. Ia memiliki baju yang disebut baju zirah atau “baju besi” yang berfungsi sebagai pelindung bahaya. Baju Zirah itu sangat keras seperti batu, bahkan tidak bisa dihancurkan hanya dengan tangan manusia. Kuda laut ini ternyata termasuk dalam jenis ikan, dan bernafas dengan insang. Ukuran mereka bervariasi dari sekitar 4 sampai 30 sentimeter.



Meskipun termasuk dalam jenis ikan, cara berenang kuda laut berbeda dengan cara berenang ikan. Kuda laut bergerak dalam air dengan cara mengubah isi udara dalam kantung renangnya. Jika kantung renang ini rusak dan kehilangan sedikit udara, kuda laut tenggelam ke dasar laut. Kuda laut berenang dengan tubuh yang tegak dan mereka dapat menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah.

Mata kuda laut sangat unik. Ia bisa melihat dua buah benda yg berbeda pada waktu yang bersamaan. Matanya juga dapat bergerak dengan bebas, berputar-putar mengamati setiap sisi sehingga mereka dapat melihat sekelilingnya dengan mudah, tanpa harus menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Tubuh kuda laut itu berwarna-warni (merah, kuning, hijau, dan hitam) dan bisa berubah sesuai dengan keadaan sinar matahari yang menyinari tubuhnya, dan keadaan tubuhnya sendiri. Walaupun memiliki banyak warna, namun beberapa spesiesnya berwarna sebagian transparan, sehingga tidak mudah dilihat. Kuda laut biasanya tinggal di sekitar karang-karang laut dan menambatkan ekornya pada celah bebatuan. Ia hidup menyebar di perairan tropis di seluruh lautan dunia.

Hal yang paling unik dari kuda laut adalah si jantan, yang melahirkan anak-anaknya. Kuda laut jantan ini memiliki kantung perut yang besar dan pembuka seperti celah di bagian dasar perutnya. Kuda laut betina akan meletakkan telur-telurnya langsung ke dalam kantung perut itu dan kuda laut jantan membuahi telur saat dijatuhkan.

Lapisan dalam kantung perut menjadi seperti spons dan dipenuhi dengan pembuluh darah, yang berfungsi untuk memberi makan telur atau embrio. Kantong perut atau kantung benih berfungsi untuk menyimpan telur yang diberikan sang betina.

Telur-telur akan mengalir melalui tabung ke kantong benih kemudian mereka akan dibuahi. Hasil pembuahannya dinamakan embrio. Embrio akan berkembang selama 10 hari sampai 6 minggu, tergantung pada spesies dan kondisi air.

Jika sudah waktunya, ‘melahirkan’ sang jantan akan memompa ekornya sampai bayi kuda laut keluar. Bayi-bayi kuda laut akan keluar dengan bentuk yang sangat kecil. Selain untuk mengandung, kantong kuda laut jantan juga berfungsi untuk mengatur kadar garam, agar sesuai dengan lingkungan luar saat telur menetas.

Kehidupan kuda laut di perairan Indonesia, ternyata terancam punah teman-teman. Habitat mereka, berupa karang-karang laut, rusak akibat ulah manusia. Keunikan kuda laut membuat banyak orang ingin menjadikannya koleksi, hal itu berakibat pada semakin sedikitnya jumlah kuda laut karena ditangkap secara berlebihan.

Nah, jangan sampai kuda laut ini punah di kemudian hari, dan kita tidak bisa melihatnya lagi. Untuk itu, teman-teman harus ikut serta menjaga laut Indonesia agar bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi para kuda laut.

Keunikan Jerapah

Jerapah bahwasanya memang menonjol daripada hewan yang lain. Di kebun binatang atau di habitat alaminya yang berada di sekitar Afrika Tengah, tingginya menjulang lebih dari binatang lain, dan merupakan hewan darat terbesar yang kedua yang masih hidup hingga sekarang (gajah Afrika yang paling besar). Panjang leher jerapah telah mempesonakan para pengamat selama beberapa tahun. 'Bagaimana lehernya bisa panjang?' tanya mereka.

Dalam pengamatan pundaknya yang setinggi 3 meter (10 kaki) jerapah mengulurkan lehernya yang sepanjang 2,5 meter (8 kaki) sampai batasnya, dan ditambah dengan lidahnya yang panjang dan berukuran hampir 1 kaki untuk menjangkaukan dirinya dengan dahan pohon akasia yang terlihat tidak bisa diraih, dan beberapa orang mungkin percaya bahwa proses penguluran tersebut menyebabkan proses pertumbuhan leher jerapah. Tetapi sebenarnya, apakah seekor jerapah mampu menambah sesuatu demi ketinggiannya?

Kalau satu fitur memang berganti, bukankah ini akan mempengaruhi semuanya? Mari kita pertimbangkan tentang jerapah.

Jerapah merupakan hewan mamalia, oleh karena itu banyak dari struktur anatominya sama dengan apa yang hewan mamalia miliki juga. Seperti dengan hewan mamalia kebanyakan, jerapah memiliki tujuh tulang leher. Bagaimana kalau ia tidak punya tujuh tulang di antara pundaknya dan bagian dasar dari tulang kepalanya? Leher manusia yang pendek menyokong kepala yang sangat seimbang dengan postur tegak dan usaha yang amat kecil. Kepala jerapah yang besar mesti ditahan tinggi setiap saat. Pada saat ia tegak, hampir setengah dari otot lehernya yang beratnya sekitar 225 kilogram (500 pound) sedang dalam ketegangan. Jumlah otot yang diperlukan secara langsung berhubungan dengan banyaknya tulang sendi yang harus disokong. Mengurangi tulang sendi hingga hanya dua (di bagian tengkorak dan di bagian pundak) akan mengurangi beratnya dengan banyak dan keperluan energi untuk kelangsungan hidup juga ikut berkurang. Apabila hal kekurangan makanan menjadikan lehernya untuk berubah, tidakkah jumlah tulang leher dan tulang sendi berubah juga dalam proses evolusi? Tentu saja masalah dalam disain leher ini adalah hilangnya fleksibilitas, dan juga meningkatkan kemampuan keretakan secara banyak, apabila jerapah tersebut menerima suatu pukulan di kepala atau leher.

Dalam hal yang sama, memiliki leher dengan tulang sendi yang saling terhubung dengan rumit akan menyebabkan keperluan tertentu - konsumsi energi yang lebih tinggi dan perlunya untuk menyokong massa otot yang lebih banyak. Ini akan menyebabkan titik berat jerapah untuk berpindah ke bagian depan dari kaki depannya ketika kepalanya dihadap lurus ke depan, dan juga menyebabkan kaki belakang melayang dari tanah - dalam anggapan kaki depannya lumayan kuat. Tujuh tulang leher adalah disain yang unggul.

Dengan kepalanya terangkat tinggi di udara, jantung jerapah yang besar harus bisa memompa darah penuh dengan oksigen dengan cukup dalam jarak 3 meter (10 kaki) ke otak. Ini akan menimbulkan masalah (melibatkan tekanan darah yang terlalu tinggi) ketika jerapah tersebut menurunkan kepalanya pada saat ia minum air, kalau bukan karena sekelompok dinding arteri yang unik, katup yang berkeliling dan mencegah pengumpulan darah, jaringan pembuluh darah yang kecil (rete mirabile, atau 'jaringan yang mengagumkan'), dan sinyal pendeteksi tekanan yang menjaga aliran darah yang cukup ke otak dalam tekanan yang benar. Termasuk bagi yang menganggap ini hanyalah 'adaptasi terhadap tekanan gravitasional yang tinggi dalam sistem kardiovaskular', jerapah adalah hewan yang unik.

PENYESUAIAN TERHADAP GRAVITASI

Jantung jerapah mungkin adalah yang paling kuat di antara hewan-hewan yang lain, karena sekitar dua kali lipat dari tekanan darah normal diperlukan untuk memompa darah melalui lehernya yang panjang hingga ke otak. Dengan tekanan darah yang tinggi ini, hanya fitur desain spesial mencegahnya dari 'meletuskan otaknya' ketika ia membungkuk ke bawah untuk minum air.

Fakta yang sama menakjubkan adalah darahnya tidak berkumpul di bagian kaki, dan jerapah tidak berdarah berlimpah-limpah apabila kakinya terluka. Rahasianya adalah kulitnya yang sangat keras dan jaringan sel di bagian dalam yang mencegah akumulasi darah. Kombinasi kulit ini telah dipelajari dengan dalam oleh ilmuwan NASA dalam perkembangan mereka tentang pakaian untuk astronot. Yang juga berguna untuk mencegah pendarahan besar terdapat pada seluruh pembuluh darah di kaki jerapah yang begitu internal.

Pembuluh rambut yang menjangkau sampai permukaan amatlah kecil, dan ukuran sel darah merahnya sekitar satu per tiga dari ukuran yang dimiliki manusia yang menjadikan aliran darah memungkinkan. Ini tentu menjadi jelas bahwa dari seluruh segi dalam jerapah ini semuanya saling berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain dengan lehernya yang panjang.

Tetapi ada lagi. Ukuran sel darah merah yang lebih kecil memungkinkan luas permukaan yang lebih besar dan penyerapan oksigen yang lebih tinggi dan cepat dalam darah. Ini membantu menjaga persediaan oksigen yang cukup hingga ekstremitas, dan juga di bagian kepala.

Paru-parunya bekerja sama dengan jantung untuk membekali jerapah dengan oksigen yang cukup, tetapi dengan cara yang unik untuk jerapah. Ukuran paru-paru jerapah delapan kali lebih besar dari yang dimiliki manusia, dan kecepatan pernafasannya sekitar satu per tiga dari manusia. Bernafas dengan lebih pelan penting untuk menggantikan volume udara yang diperlukan tanpa menyebabkan pengasaran kulit terhadap trakea jerapah yang berlipat-lipat dan sepanjang 3,6 meter (12 kaki). Ketika binatang tersebut menghirup nafas segar, nafas sebelumnya yang telah kehabisan oksigen tidak bisa dikeluarkan sepenuhnya. Untuk para jerapah, masalah ini dirumitkan lagi oleh trakea yang panjang dan yang akan menyisakan udara yang mati dengan banyak, lebih banyak dari satu nafas manusia. Penyelesaiannya adalah udara yang dihirup harus cukup untuk menjadikan 'udara buruk' ini dalam persentase yang kecil dari keseluruhan total. Ini adalah masalah fisika yang telah dipecahkan oleh jerapah.

KELAHIRAN JERAPAH

Untuk hal yang mengherankan, kelahiran jerapah menyelesaikan perkara dalam Intelligent Design (Desain Intelijen). Seekor anak binatang yang baru lahir jatuh dan hidup dari ketinggian 1,5 meter (5 kaki), karena ibunya tidak mampu jongkok ke tanah dengan nyaman, dan berdiam di bawah pada saat melahirkan tentu menjadi undangan kepada singa atau pemangsa lain untuk menyerang sang ibu. Untuk seluruh hewan mamalia, ukuran kepalanya tidak seimbang dengan ukuran tubuhnya yang lain, dan ini menjadi tantangan untuk menurunkan sang anak melalui rahim.

Bayi jerapah mendapat tambahan dalam tantangan, yaitu memiliki leher panjang dan rapuh terhubung dengan seluruh tubuh barunya yang seberat 70 kilogram (150 pound). Apabila kepalanya keluar dulu, lehernya pasti retak ketika bagian tubuhnya yang lain jatuh di atas leher. Kalau kepalanya keluar paling terakhir, lehernya pasti juga retak karena berat badannya menarik kepalanya keluar dari ibunya. Jalan buntu seperti ini dipecahkan dengan panggul belakang yang berukuran amat lebih kecil daripada bahu depan, dan panjang lehernya berukuran cukup untuk memungkinkan kepala melalui rahim dan mendarat di panggul belakang. Kaki belakang keluar dulu untuk menjaga jatuhnya bagian tubuh yang lain. Kepalanya disokong dan dibantali oleh panggul belakang, dan lehernya lumayan lentur, memungkinkan lengkokan tajam di sekitar bahu depan.

Ini adalah jalan keluar yang sempurna, yang merupakan hal yang tidak mungkin di dalam kombinasi yang lain atau panjang leher yang berbeda. Beberapa menit kemudian, anak jerapah tersebut dengan anggun berdiri di antara kaki ibunya. Dari kelahiran hingga kedewasaan dalam hanya empat tahun, lehernya tumbuh dari satu per enam hingga satu per tiga dari total tinggi jerapah tersebut. Pertumbuhan ini diperlukan hewan tersebut untuk mengatasi masalah ketinggian kakinya dan untuk tunduk ke bawah untuk minum air. Makanan anak jerapah untuk tahun pertama biasanya adalah air susu ibunya yang kaya, dan yang bisa dijangkau dengan mudah.

Dalam hal ekologi, jerapah amat cocok dengan lingkungan hidupnya. Ada keperluan akan pohon penghias untuk mencegah pohon rimbun yang tumbuh dengan cepat dari menggelapkan tanah dan membunuh rumput-rumput penting yang menyediakan makanan untuk hewan padang rumput. Juga ada keperluan akan penjaga yang bisa melihat dari atas rumput tinggi dan memandang gerakan-gerakan kucing pemangsa. Jerapah bukan hanya tinggi dan mampu untuk melakukan hal ini, tetapi juga memiliki pandangan dan watak yang ingin tahu. Setelah memperingatkan hewan lain dengan beberapa desis ekor, jerapah dengan gagah berlangkah lari dari bahaya. Tinggi tubuh yang besar, lapisan kulit yang kuat, tendangan belakang yang mematikan, dan langkah yang panjang dan cepat membuat jerapah dewasa seekor mangsa yang tidak diinginkan oleh hewan karnivora yang lain.

Untuk menyatakan bahwa seluruh hal ini mungkin adalah hasil evolusi ke suatu kelas binatang, dengan kurangnya hal lain yang berhubungan dan bisa terpikirkan, dan menjadi amat terbina hanya karena yang disangka adalah kurangnya makanan di bagian permukaan, adalah hal yang mustahil. Tidakkah seharusnya yang lain yang juga makan di bagian permukaan, yang juga mempan dengan kucing besar, dan yang juga mengalami radiasi kosmik yang sama, telah mencapai ketinggian seperti jerapah?

Yang menarik, ada hewan lain yang memang makan dari pohon. Kijang gerenuk (Litocranius walleri) dari Afrika memiliki leher terpanjang dari famili kijang, memiliki lidah panjang, dan makan daun-daun dari pohon ketika berdiri dengan kaki belakangnya. Kambing markhor (Capra falconeri) dari Afganistan memanjat pohon setinggi 25 kaki untuk memakan daun-daun pohon. Mamalia lain juga menginginkan daun-daun pohon tetapi tidak ada satupun dari mereka yang akan menjadi jerapah, dan jerapah tentu saja tidak berasal dari hewan 'kurang dari jerapah'.

Kita tidak bisa tahu bahwa kondisi dulu sama dengan sekarang, namun teori "keperluan akan kelangsungan hidup dengan tumbuh lebih tinggi demi makanan" merupakan hal yang sedikit lebih dari spekulasi post hoc (suatu kekeliruan dalam argumen), sama seperti berbagai penjelasan Darwin tentang jenis hewan. Rekor fosil memastikan ini, dan desain unik dan menakjubkan yang terlihat dari hewan ini membuktikan ini. Pujian, keagungan, dan kebesaran tertuju kepada Sang Pencipta jerapah ini.

Referensi

1. Percival Davis and Dean H. Kenyon, Of Pandas and People (Panda dan Manusia), Haughton Publishing Company, Dallas (Texas), 1989, p. 71.

2. Alan R. Hargens, Developmental Adaptations to Gravity/Cardiovascular Adaptations to Gravity in the Giraffe (Perkembangan Adaptasi terhadap Gravitasi/ Adaptasi Kardiovaskular dalam Jerapah), Life Sciences Division, NASA Ames Research Center (California), 1994, p. 12.

3. Helen Roney Sattler, Giraffes, the Sentinels of the Savannas (Jerapah, Penjaga di Padang Rumput), Lothrop, Lee and Shepard Books, New York, 1979, p. 22.

4. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe, Where Darwin Went Wrong (Leher Jerapah, Di Mana Darwin Salah), Ticknor and Fields, New York, 1982, p. 179.