Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

Siput Laut Hijau

http://jayagila.files.wordpress.com/2010/02/elyschlor1.jpg

Siput laut hijau tampaknya menjadi bagian hewan, bagian tanaman. Ini makhluk pertama ditemukan untuk menghasilkan tanaman pigmen klorofil.

Sneaky siput yang tampaknya telah mencuri gen yang memungkinkan keterampilan ini dari ganggang bahwa mereka telah dimakan. Dengan selundupan gen, peluru dapat melakukan fotosintesis - tanaman proses digunakan untuk mengkonversi sinar matahari menjadi energi.
http://jayagila.files.wordpress.com/2010/02/elysia1.jpg
Sidney Pierce, ahli biologi di University of South Florida di Tampa mengatakan,
"Mereka bisa membuat molekul yang mengandung energi tanpa harus makan apa-apa,"

Pierce telah mempelajari makhluk-makhluk yang unik, secara resmi disebut Elysia chlorotica, selama sekitar 20 tahun. Dia menyampaikan temuan-temuan terbaru Januari 7 pada pertemuan tahunan Society for Integratif dan Perbandingan Biologi di Seattle. Temuan ini pertama kali dilaporkan oleh Science News.

"Ini adalah pertama kalinya bahwa binatang multicellar telah mampu menghasilkan klorofil," kata Pierce

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:GMsUUm81Su8oQM::www.nature.com/nature/journal/v459/n7244/images/nature08060-f3.2.jpg&t=1&h=246&w=205&usg=__yb-WkSmoFP7ZEtXLbmwqLJkjfo4=

Siput laut hidup di rawa-rawa garam di New England dan Kanada. Selain burglarizing gen diperlukan untuk membuat pigmen hijau klorofil, siput laut juga mencuri sel kecil bagian yang disebut kloroplas, yang mereka gunakan untuk melakukan fotosintesis. The kloroplas menggunakan chlorophyl untuk mengkonversi sinar matahari menjadi energi, sama seperti tanaman lakukan, sehingga menghilangkan keharusan untuk makan makanan untuk mendapatkan energi.

"Kami mengumpulkan mereka dan kita menjaga mereka dalam aquaria selama berbulan-bulan," kata Pierce. "Selama kita menyinari mereka selama 12 jam sehari, mereka dapat bertahan hidup [tanpa makanan]."

Para peneliti menggunakan pelacak radioaktif untuk memastikan bahwa siput laut benar-benar menghasilkan klorofil sendiri, sebagai lawan hanya mencuri siap pakai pigmen dari ganggang. Bahkan, siput laut memasukkan materi genetik begitu baik, mereka menularkannya kepada generasi selanjutnya siput.

Pencuri bayi dari siput mempertahankan kemampuan untuk memproduksi klorofil mereka sendiri, walaupun mereka tidak dapat melakukan fotosintesis sampai mereka sudah cukup makan ganggang untuk mencuri kloroplas yang diperlukan, yang mereka belum bisa menghasilkan sendiri.

Peluru prestasi cukup sebuah prestasi, dan ilmuwan belum yakin bagaimana hewan benar-benar sesuai gen mereka butuhkan.

"Memang ada kemungkinan bahwa DNA dari satu spesies dapat masuk ke spesies lain, seperti siput ini telah jelas menunjukkan," kata Pierce. "Tapi mekanisme masih belum diketahui."

Jamur Yang Bercahaya Dalam Gelap

Mungkin banyak orang yang tidak tahu akan uniknya jamur jenis ini dan mungkin awalnya bakal mengira jamur-jamur ini sebagai hantu saat melihatnya. Tapi jangan takut, itu cuma sejenis jamur yang memiliki kemampuan kimiawi untuk menghasilkan cahaya dalam kegelapan... Wow, jadi seperti baju Polantas waktu malam hari ya...

[Unik] Jamur Yang Menyala Mirip Lampu Neon

Beberapa jenis jamur yang tumbuh di hutan tropis Taman Wisata Nasional Lembah Ribeira, dekat Sao Pulo, Brasil memendarkan cahaya saat sekitarnya gelap. Jamur-jamur tersebut memiliki kemampuan bioluminescent karena reaksi kimia di tubuhnya menghasilkan cahaya berwarna hijau.

Jamur-jamur yang ditemukan di Brasil itu termasuk dalam genus Mycena. Di seluruh dunia terdapat sekitar 500 jenis jamur yang masuk ke dalam genus ini, tapi hanya 33 persen yang memiliki kemampuan bioluminescent.

[Unik] Jamur Yang Menyala Mirip Lampu Neon

Ada lebih dari 10 jenis jamur bioluminescent yang baru ditemukan di Brazil sejak 2002, empat di antaranya merupakan spesies yang belum diketahui sebelumnya. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Cassius Stevani, profesor kimia dari Universitas Sao Paulo, Dennis Desjardin, profesor ilmu jamur dari Universitas Negeri San Fransisco California, dan Marina Capelari dari Institut Botani Brasil.

[Unik] Jamur Yang Menyala Mirip Lampu Neon

"Penemuan ini telah menambah jumlah jamur berpendar, yang diketahui sejak 1970-an, menjadi 30 persen lebih banyak," ujar Stevani. Wah siapa yang menyangka, ada jenis jamur yang menyala mirip lampu neon ini..??

source: http://nuansabrita.blogspot.com/2010/02/unik-jamur-yang-menyala-mirip-lampu.html

Bendungan Berang-berang Terbesar di Dunia

Konstruksi kayu yang merupakan bendungan berang-berang terbesar di dunia setinggi 2.790 kaki mengejutkan peneliti dan dapat dilihat dari luar angkasa.
Mamalia ini menggunakan pohon, lumpur, dan batu untuk membuat semacam tipe parit yang digunakan untuk melatih keahlian renang agar dapat menghindari predator apapun.
Keluarga mamalia ini tinggal di pondokan bendungan dan menghabiskan waktu untuk menambah dan memperbaiki struktur luar biasa ini. Bendungan berang-berang tersebut diketahui para ahli saat mengamati bentuk dan penyebaran bendungan berang-berang di Amerika Utara. Bendungan ini berlokasi di tepi selatan Wood Buiffalo National Park di Utara Alberta, Kanada.

Sementara bendungan berang-berang sering ditemukan memiliki panjang 1500 kaki, bendungan ini mengejutkan para ahli biologi. Diperkirakan beberapa keluarga berang-berang ikut andil dalam menciptakan bendungan besar tersebut, di mana berisikan ribuan kayu dan membutuhkan beberapa bulan untuk menyelesaikannya.

Bendungan begitu penting bagi ekologi dan lingkungan yang lebih luas, serta perubahan cuaca dapat ditinjau dari penyebaran bendungan.

“Berang-berang membangun bendungan untuk menciptakan habitat yang baik. Mereka sangat lincah di air namun begitu lambat di daratan. Mereka menciptakan sebuah habitat dengan air yang banyak seperti parit sekitar tempat tinggal mereka sehingga mereka dapat berenang dan pergi serta berada satu langkah di depan para predator mereka, anjing hutan dan beruang,” kata Sharon Brown, ahli biologi dari Beavers, Wetland dan Wildlife, organisasi pendidikan di Amerika Utara.

Berang-berang juga menggunakan air untuk memindahkan pohon yang digunakan mereka di bendungan tersebut, karena lebih mudah mengalirkan kayu di air dibandingkan harus menggotong benda ini di daratan. “Habitat ini tidak hanya baik bagi mereka tetapi juga bagi hewan lain serta lingkungan,” jelas Brown.

“Dan saat tumbuhan ini mati di air akan berubah menjadi gambut maka cara ini adalah yang terbaik untuk menyimpan CO2,” tambahnya.

Bendungan Berang-berang 8 Kali Lapangan Bola
Hewan berang-berang memiliki kebiasaan membuat bendungan kecil untuk rumahnya. Di Kanada, ini mungkin satu-satunya bendungan terbesar di dunia yang pernah diciptakan hewan pengerat itu.

Seperti dilansirVancouversun.com, Jumat 7 Mei 2010, pada awalnya bendungan ‘raksasa’ ini tidak akan pernah diketahui oleh manusia.

Tapi tiba-tiba, seorang ilmuwan melihat titik aneh dalam citra satelit yang dipancarkan dari angkasa di lokasi itu. Bendungan itu dibangun di lokasi yang subur dan terpencil.
Tepatnya di Taman Nasional Wood Buffalo. Lokasinya ‘terselip’ di kaki Pegunungan Alberta Birch, Kanada. Di sana, beberapa generasi secara turun-temurun dari kelompok berang-berang bekerja selama beberapa dekade.

Hasilnya menakjubkan. Tercipta satu bendungan dengan panjang sekitar 850 meter, ini lebih panjang dari delapan lapangan sepakbola.

Diperkirakan, kelompok berang-berang ini telah membangun bendungan raksasa itu selama sekitar 35 tahun. Atau kira-kira 15 tahun lagi waktu yang dibutuhkan untuk membangun Taj Mahal, salah satu tujuh keajaiban dunia.

Saat ini, kelompok berang-berang itu masih melakukan pembangunan. Bahkan, bendungan yang dibangun sudah menyatu dengan lokasi sekitar. Ilmuwan yang menemukan bendungan ini luar biasa takjub.

“Ini benar-benar besar,” kata Peter Busher, Profesor Ilmu Alam dari Boston University.

Tidak ada bendungan berang-berang yang panjangnya lebih dari 100 meter. “Ini merupakan satu kesatuan dari ‘sabuk berang-berang’ yang membentang dari Taman Nasional Riding Mountain sampai Birch Mountain,” kata pria yang telah mempelajari berang-berang selama 35 tahun.

source: http://solocybercity.wordpress.com/2010/05/06/inilah-bendungan-berang-berang-terbesar-di-dunia/

Lima Makhluk Bumi Yang Mungkin Bisa Hidup Di Luar Angkasa

Untuk bertahan hidup, manusia selalu membutuhkan unsur-unsur pendukung kehidupan seperti oksigen. Namun beberapa makhluk hidup yang ada di bumi ini ternyata memiliki karakteristik yang cukup unik dan karakteristik ini memungkinkan mereka untuk hidup pada kondisi ekstrim di luar angkasa.

Sekarang, mari kita lihat lima makhluk super berikut ini:
1. Cacing yang hidup di es metana
500xotherplanetlifeicew Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
saya tahu, melihat foto di atas, kalian mungkin akan teringat dengan salah satu makhluk dalam film alien. Namun, makhluk yang terlihat cukup mengerikan di atas sebenarnya adalah makhluk bumi. Ya, ia diam di antara kita.

Makhluk itu sesungguhnya adalah seekor cacing yang hidup di lempengan es metana yang terdorong ke permukaan dari dasar laut di dekat pantai mexico.

Es metana adalah sebuah gas hidrat yang terbentuk secara alami pada tekanan tinggi dan temperatur rendah di dasar laut yang dalam.

Menurut para ahli dari pennsylvania state university, penemuan cacing ini telah membangkitkan berbagai spekulasi mengenai kehidupan di luar angkasa.

Erin mcmullin, salah satu peneliti yang turut menemukan cacing tersebut berkata:

“sangat menyenangkan ketika kita sibuk berspekulasi mengenai kehidupan di planet lain, kita malah terus menemukan bentuk kehidupan baru yang sepertinya bukan berasal dari bumi.”

lalu, jika kita memberikan sebuah tempat baru baginya di angkasa luar, dimanakah tempat yang cocok baginya?
Jawabannya adalah di titan, salah satu bulan saturnus.

Di titan, terdapat lautan methana yang berlapis-lapis. Jika kita menaruh cacing ini di titan, ada kemungkinan ia dapat bertahan hidup dengan mendiami lapisan es tersebut.

2. Makhluk yang bisa hidup di ruang hampa
tardigradewaterbear Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
setelah melihat foto di atas, saya yakin, kebanyakan dari kalian akan segera teringat dengan beruang. Tidak salah juga. Tapi, makhluk lucu ini bukan seekor beruang. Ia bernama tardigrade. Karena kemiripannya dengan beruang, ia juga sering disebut dengan nama beruang air.

Berbeda dengan beruang darat yang bertubuh besar, makhluk ini hanya memiliki panjang sekitar setengah milimeter. Ini membuatnya tidak terlihat oleh mata telanjang.

Tetapi, jangan menilainya hanya dari ukurannya. Makhluk mikro ini termasuk salah satu makhluk hidup yang paling tangguh di bumi.
Ia memiliki satu kekuatan super.

Ia bisa masuk ke dalam kondisi diam sempurna yang disebut tun. Dalam kondisi ini, makhluk ini bisa bertahan terhadap fluktuasi temperatur, bahkan yang paling ekstrim sekalipun.

Pada tahun 2008, beberapa ekor tardigrade ikut dikirim ke luar angkasa dan terbukti kalau mereka bahkan bisa bertahan di dalam ruang hampa udara.

Jadi, jika kita melepasnya ke ruang angkasa, ada kemungkinan kalau makhluk ini bisa mengarunginya hingga menemukan tempat berdiam yang cocok baginya.

3. Cacing raksasa pemakan belerang
500xtubeworms Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
makhluk ini hidup di tepi gunung api super panas jauh di dasar lautan. Dan ia memakan belerang yang dibawa oleh bakteri lokal.

Cacing raksasa ini bisa bertumbuh hingga sepanjang 2,1 meter dan bisa hidup 5 mil di bawah permukaan laut dalam kondisi tekanan yang ekstrim. Tubuh mereka didominasi warna merah. Ini karena banyaknya nadi yang berisi darah di dalamnya.

Yang menarik dari cacing ini adalah kemampuannya bertahan terhadap panas yang ekstrim dan masih tetap bisa menerima kebutuhan hidup yang cukup.
Dimanakah tempat yang cocok baginya di luar angkasa?

Makhluk ini mungkin bisa hidup di venus dimana terdapat sumber belerang yang luar biasa banyak.

4. Mikroba antartika pemakan besi
antarticablood Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
darah mengalir deras di antartika. Apakah ada pembantaian hewan besar-besaran sedang berlangsung?
Tidak! Unsur berwarna merah itu ternyata mikroba yang berdiam di dalam kumpulan air yang terjebak di bawah lapisan es.

Menurut majalah nature:

“cairan ini telah terjebak di dalam glasier selama paling tidak 1,5 juta tahun lamanya. Di dalamnya, paling tidak terdapat 30 jenis bakteri yang masing-masingnya memiliki pergerakan kimia yang unik.”

menurut salah satu peneliti bernama mikucki, mikroba ini menggunakan sulfat sebagai katalis dalam sebuah rantai reaksi yang kompleks dimana penerima elektron akhirnya adalah besi.

“ini adalah contoh bagaimana sebuah ekosistem berhasil bertahan walaupun tertutupi oleh kegelapan dan es yang tebal.”
“life finds a way.”

dengan karakteristik ini, maka mikroba ini mungkin dapat hidup di europa, salah satu bulan jupiter yang memiliki lautan yang kaya akan zat besi di bawah lapisan esnya yang tebal.

5. Bakteri yang mampu bertahan dari radiasi
500xdeinococcus Lima makhluk bumi yang mungkin bisa hidup di luar angkasa
d. Radiodurans adalah nama bakteri ini. Ia mampu bertahan dalam dosis radiasi yang seribu kali lebih kuat dibanding dosis yang dapat diterima manusia.

Kemampuan ini didapatkannya karena sistem pemulihan dnanya yang unik.

Manusia yang menerima radiasi umumnya meninggal karena partikel radioaktif tersebut menghancurkan dnanya. Akibatnya sistem regulasi di tubuh pun terhenti.

namun bakteri ini secara menakjubkan mampu menyusun kembali dna nya yang telah hancur.

salah satu masalah yang dihadapi ketika manusia mencoba untuk hidup di bulan atau mars adalah adanya radiasi yang cukup mematikan. Jika bakteri ini dilepas di angkasa, maka radiasi yang ada di sana tidak akan mampu mempengaruhi tubuhnya.

Jadi, jika suatu hari kita menjelajahi angkasa luar dan planet-planetnya, jangan heran kalau suatu hari kita bisa menemukan makhluk seperti ini di sana. Mungkin saja.

gimana gan takjub sama hewan2 ini? :d ini menandakan bahwa hewan2 sudah berevolusi, menjadi jauh lebih kuat dari manusia, walaupun bertubuh lebih kecil, tanda2 kebesaran Tuhan yang maha esa

source: http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=83164

Seekor Kadal Bertahan Hidup Setelah Dimangsa Ikan


Hewan kecil ini telah ditelan oleh ikan di daerah terpencil sungai Cape York dan telah dicerna sebagian ketika ikan itu tertangkap oleh seorang nelayan. Tapi, untungnya bagi kadal ini, ikan Saratoga banyak dicari oleh pemancing olahraga karena kesediaannya untuk menyerang sesuatu yang bergerak dan kualitas perlawanannya.

John Berzins, seorang pemancing Amerika Serikat, sedang memancing dengan ditemani Al Simson di Sungai Doughboy di sisi barat bagian utara Cape York minggu ini ketika ia menangkap ikan ini.


http://www.artikelbebasku.co.cc/

Sementara mereka mengambil foto ikan mulai memuntahkan makanannya yang terakhir, seekor kadal yang jelas seharusnya sudah mati dan tampak mati dengan mata tak bernyawa.

http://www.artikelbebasku.co.cc/

Tetapi ketika Simson terus mengambil foto sebuah keajaiban terjadi. "Saat aku sedang melihat melalui lensa kamera saya melihat bahwa mata 'berlapis kaca' dari kadal tersebut berubah hitam sekarang," katanya.

http://www.artikelbebasku.co.cc/

Saya berkata, "Hei John, kadal ini masih hidup." Lalu John berkata, "Wow kawan, dia berkedip padaku, dan lihat, dia bernapas."

http://www.artikelbebasku.co.cc/

http://www.artikelbebasku.co.cc/

Kadal mulai berjuang keluar dan dengan sedikit bantuan dari pemancing, ia merangkak dari rahang pemangsanya. Ada beberapa bekas gigitan di punggung dan bagian ekor sebagian sudah dicerna, tapi ketika mereka meletakkan kembali di tepi sungai ia bergegas pergi.

http://www.artikelbebasku.co.cc/

"Kami menyaksikan keinginan kuat untuk bertahan hidup," kata Simson. "Kadal itu mungkin melambatkan detak jantung agar tetap hidup untuk jangka waktu tertentu di bawah air tanpa udara."


source: http://apakabardunia.com/post/inspirasi/luar-biasa-seekor-kadal-bertahan-hidup-di-dalam-perut-ikan

Kuda Laut, Si Jantan Yang Melahirkan

Kuda laut (Cavalluccio Marino) merupakan hewan yang sangat unik. Ia memiliki baju yang disebut baju zirah atau “baju besi” yang berfungsi sebagai pelindung bahaya. Baju Zirah itu sangat keras seperti batu, bahkan tidak bisa dihancurkan hanya dengan tangan manusia. Kuda laut ini ternyata termasuk dalam jenis ikan, dan bernafas dengan insang. Ukuran mereka bervariasi dari sekitar 4 sampai 30 sentimeter.



Meskipun termasuk dalam jenis ikan, cara berenang kuda laut berbeda dengan cara berenang ikan. Kuda laut bergerak dalam air dengan cara mengubah isi udara dalam kantung renangnya. Jika kantung renang ini rusak dan kehilangan sedikit udara, kuda laut tenggelam ke dasar laut. Kuda laut berenang dengan tubuh yang tegak dan mereka dapat menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah.

Mata kuda laut sangat unik. Ia bisa melihat dua buah benda yg berbeda pada waktu yang bersamaan. Matanya juga dapat bergerak dengan bebas, berputar-putar mengamati setiap sisi sehingga mereka dapat melihat sekelilingnya dengan mudah, tanpa harus menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Tubuh kuda laut itu berwarna-warni (merah, kuning, hijau, dan hitam) dan bisa berubah sesuai dengan keadaan sinar matahari yang menyinari tubuhnya, dan keadaan tubuhnya sendiri. Walaupun memiliki banyak warna, namun beberapa spesiesnya berwarna sebagian transparan, sehingga tidak mudah dilihat. Kuda laut biasanya tinggal di sekitar karang-karang laut dan menambatkan ekornya pada celah bebatuan. Ia hidup menyebar di perairan tropis di seluruh lautan dunia.

Hal yang paling unik dari kuda laut adalah si jantan, yang melahirkan anak-anaknya. Kuda laut jantan ini memiliki kantung perut yang besar dan pembuka seperti celah di bagian dasar perutnya. Kuda laut betina akan meletakkan telur-telurnya langsung ke dalam kantung perut itu dan kuda laut jantan membuahi telur saat dijatuhkan.

Lapisan dalam kantung perut menjadi seperti spons dan dipenuhi dengan pembuluh darah, yang berfungsi untuk memberi makan telur atau embrio. Kantong perut atau kantung benih berfungsi untuk menyimpan telur yang diberikan sang betina.

Telur-telur akan mengalir melalui tabung ke kantong benih kemudian mereka akan dibuahi. Hasil pembuahannya dinamakan embrio. Embrio akan berkembang selama 10 hari sampai 6 minggu, tergantung pada spesies dan kondisi air.

Jika sudah waktunya, ‘melahirkan’ sang jantan akan memompa ekornya sampai bayi kuda laut keluar. Bayi-bayi kuda laut akan keluar dengan bentuk yang sangat kecil. Selain untuk mengandung, kantong kuda laut jantan juga berfungsi untuk mengatur kadar garam, agar sesuai dengan lingkungan luar saat telur menetas.

Kehidupan kuda laut di perairan Indonesia, ternyata terancam punah teman-teman. Habitat mereka, berupa karang-karang laut, rusak akibat ulah manusia. Keunikan kuda laut membuat banyak orang ingin menjadikannya koleksi, hal itu berakibat pada semakin sedikitnya jumlah kuda laut karena ditangkap secara berlebihan.

Nah, jangan sampai kuda laut ini punah di kemudian hari, dan kita tidak bisa melihatnya lagi. Untuk itu, teman-teman harus ikut serta menjaga laut Indonesia agar bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi para kuda laut.

Keunikan Jerapah

Jerapah bahwasanya memang menonjol daripada hewan yang lain. Di kebun binatang atau di habitat alaminya yang berada di sekitar Afrika Tengah, tingginya menjulang lebih dari binatang lain, dan merupakan hewan darat terbesar yang kedua yang masih hidup hingga sekarang (gajah Afrika yang paling besar). Panjang leher jerapah telah mempesonakan para pengamat selama beberapa tahun. 'Bagaimana lehernya bisa panjang?' tanya mereka.

Dalam pengamatan pundaknya yang setinggi 3 meter (10 kaki) jerapah mengulurkan lehernya yang sepanjang 2,5 meter (8 kaki) sampai batasnya, dan ditambah dengan lidahnya yang panjang dan berukuran hampir 1 kaki untuk menjangkaukan dirinya dengan dahan pohon akasia yang terlihat tidak bisa diraih, dan beberapa orang mungkin percaya bahwa proses penguluran tersebut menyebabkan proses pertumbuhan leher jerapah. Tetapi sebenarnya, apakah seekor jerapah mampu menambah sesuatu demi ketinggiannya?

Kalau satu fitur memang berganti, bukankah ini akan mempengaruhi semuanya? Mari kita pertimbangkan tentang jerapah.

Jerapah merupakan hewan mamalia, oleh karena itu banyak dari struktur anatominya sama dengan apa yang hewan mamalia miliki juga. Seperti dengan hewan mamalia kebanyakan, jerapah memiliki tujuh tulang leher. Bagaimana kalau ia tidak punya tujuh tulang di antara pundaknya dan bagian dasar dari tulang kepalanya? Leher manusia yang pendek menyokong kepala yang sangat seimbang dengan postur tegak dan usaha yang amat kecil. Kepala jerapah yang besar mesti ditahan tinggi setiap saat. Pada saat ia tegak, hampir setengah dari otot lehernya yang beratnya sekitar 225 kilogram (500 pound) sedang dalam ketegangan. Jumlah otot yang diperlukan secara langsung berhubungan dengan banyaknya tulang sendi yang harus disokong. Mengurangi tulang sendi hingga hanya dua (di bagian tengkorak dan di bagian pundak) akan mengurangi beratnya dengan banyak dan keperluan energi untuk kelangsungan hidup juga ikut berkurang. Apabila hal kekurangan makanan menjadikan lehernya untuk berubah, tidakkah jumlah tulang leher dan tulang sendi berubah juga dalam proses evolusi? Tentu saja masalah dalam disain leher ini adalah hilangnya fleksibilitas, dan juga meningkatkan kemampuan keretakan secara banyak, apabila jerapah tersebut menerima suatu pukulan di kepala atau leher.

Dalam hal yang sama, memiliki leher dengan tulang sendi yang saling terhubung dengan rumit akan menyebabkan keperluan tertentu - konsumsi energi yang lebih tinggi dan perlunya untuk menyokong massa otot yang lebih banyak. Ini akan menyebabkan titik berat jerapah untuk berpindah ke bagian depan dari kaki depannya ketika kepalanya dihadap lurus ke depan, dan juga menyebabkan kaki belakang melayang dari tanah - dalam anggapan kaki depannya lumayan kuat. Tujuh tulang leher adalah disain yang unggul.

Dengan kepalanya terangkat tinggi di udara, jantung jerapah yang besar harus bisa memompa darah penuh dengan oksigen dengan cukup dalam jarak 3 meter (10 kaki) ke otak. Ini akan menimbulkan masalah (melibatkan tekanan darah yang terlalu tinggi) ketika jerapah tersebut menurunkan kepalanya pada saat ia minum air, kalau bukan karena sekelompok dinding arteri yang unik, katup yang berkeliling dan mencegah pengumpulan darah, jaringan pembuluh darah yang kecil (rete mirabile, atau 'jaringan yang mengagumkan'), dan sinyal pendeteksi tekanan yang menjaga aliran darah yang cukup ke otak dalam tekanan yang benar. Termasuk bagi yang menganggap ini hanyalah 'adaptasi terhadap tekanan gravitasional yang tinggi dalam sistem kardiovaskular', jerapah adalah hewan yang unik.

PENYESUAIAN TERHADAP GRAVITASI

Jantung jerapah mungkin adalah yang paling kuat di antara hewan-hewan yang lain, karena sekitar dua kali lipat dari tekanan darah normal diperlukan untuk memompa darah melalui lehernya yang panjang hingga ke otak. Dengan tekanan darah yang tinggi ini, hanya fitur desain spesial mencegahnya dari 'meletuskan otaknya' ketika ia membungkuk ke bawah untuk minum air.

Fakta yang sama menakjubkan adalah darahnya tidak berkumpul di bagian kaki, dan jerapah tidak berdarah berlimpah-limpah apabila kakinya terluka. Rahasianya adalah kulitnya yang sangat keras dan jaringan sel di bagian dalam yang mencegah akumulasi darah. Kombinasi kulit ini telah dipelajari dengan dalam oleh ilmuwan NASA dalam perkembangan mereka tentang pakaian untuk astronot. Yang juga berguna untuk mencegah pendarahan besar terdapat pada seluruh pembuluh darah di kaki jerapah yang begitu internal.

Pembuluh rambut yang menjangkau sampai permukaan amatlah kecil, dan ukuran sel darah merahnya sekitar satu per tiga dari ukuran yang dimiliki manusia yang menjadikan aliran darah memungkinkan. Ini tentu menjadi jelas bahwa dari seluruh segi dalam jerapah ini semuanya saling berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain dengan lehernya yang panjang.

Tetapi ada lagi. Ukuran sel darah merah yang lebih kecil memungkinkan luas permukaan yang lebih besar dan penyerapan oksigen yang lebih tinggi dan cepat dalam darah. Ini membantu menjaga persediaan oksigen yang cukup hingga ekstremitas, dan juga di bagian kepala.

Paru-parunya bekerja sama dengan jantung untuk membekali jerapah dengan oksigen yang cukup, tetapi dengan cara yang unik untuk jerapah. Ukuran paru-paru jerapah delapan kali lebih besar dari yang dimiliki manusia, dan kecepatan pernafasannya sekitar satu per tiga dari manusia. Bernafas dengan lebih pelan penting untuk menggantikan volume udara yang diperlukan tanpa menyebabkan pengasaran kulit terhadap trakea jerapah yang berlipat-lipat dan sepanjang 3,6 meter (12 kaki). Ketika binatang tersebut menghirup nafas segar, nafas sebelumnya yang telah kehabisan oksigen tidak bisa dikeluarkan sepenuhnya. Untuk para jerapah, masalah ini dirumitkan lagi oleh trakea yang panjang dan yang akan menyisakan udara yang mati dengan banyak, lebih banyak dari satu nafas manusia. Penyelesaiannya adalah udara yang dihirup harus cukup untuk menjadikan 'udara buruk' ini dalam persentase yang kecil dari keseluruhan total. Ini adalah masalah fisika yang telah dipecahkan oleh jerapah.

KELAHIRAN JERAPAH

Untuk hal yang mengherankan, kelahiran jerapah menyelesaikan perkara dalam Intelligent Design (Desain Intelijen). Seekor anak binatang yang baru lahir jatuh dan hidup dari ketinggian 1,5 meter (5 kaki), karena ibunya tidak mampu jongkok ke tanah dengan nyaman, dan berdiam di bawah pada saat melahirkan tentu menjadi undangan kepada singa atau pemangsa lain untuk menyerang sang ibu. Untuk seluruh hewan mamalia, ukuran kepalanya tidak seimbang dengan ukuran tubuhnya yang lain, dan ini menjadi tantangan untuk menurunkan sang anak melalui rahim.

Bayi jerapah mendapat tambahan dalam tantangan, yaitu memiliki leher panjang dan rapuh terhubung dengan seluruh tubuh barunya yang seberat 70 kilogram (150 pound). Apabila kepalanya keluar dulu, lehernya pasti retak ketika bagian tubuhnya yang lain jatuh di atas leher. Kalau kepalanya keluar paling terakhir, lehernya pasti juga retak karena berat badannya menarik kepalanya keluar dari ibunya. Jalan buntu seperti ini dipecahkan dengan panggul belakang yang berukuran amat lebih kecil daripada bahu depan, dan panjang lehernya berukuran cukup untuk memungkinkan kepala melalui rahim dan mendarat di panggul belakang. Kaki belakang keluar dulu untuk menjaga jatuhnya bagian tubuh yang lain. Kepalanya disokong dan dibantali oleh panggul belakang, dan lehernya lumayan lentur, memungkinkan lengkokan tajam di sekitar bahu depan.

Ini adalah jalan keluar yang sempurna, yang merupakan hal yang tidak mungkin di dalam kombinasi yang lain atau panjang leher yang berbeda. Beberapa menit kemudian, anak jerapah tersebut dengan anggun berdiri di antara kaki ibunya. Dari kelahiran hingga kedewasaan dalam hanya empat tahun, lehernya tumbuh dari satu per enam hingga satu per tiga dari total tinggi jerapah tersebut. Pertumbuhan ini diperlukan hewan tersebut untuk mengatasi masalah ketinggian kakinya dan untuk tunduk ke bawah untuk minum air. Makanan anak jerapah untuk tahun pertama biasanya adalah air susu ibunya yang kaya, dan yang bisa dijangkau dengan mudah.

Dalam hal ekologi, jerapah amat cocok dengan lingkungan hidupnya. Ada keperluan akan pohon penghias untuk mencegah pohon rimbun yang tumbuh dengan cepat dari menggelapkan tanah dan membunuh rumput-rumput penting yang menyediakan makanan untuk hewan padang rumput. Juga ada keperluan akan penjaga yang bisa melihat dari atas rumput tinggi dan memandang gerakan-gerakan kucing pemangsa. Jerapah bukan hanya tinggi dan mampu untuk melakukan hal ini, tetapi juga memiliki pandangan dan watak yang ingin tahu. Setelah memperingatkan hewan lain dengan beberapa desis ekor, jerapah dengan gagah berlangkah lari dari bahaya. Tinggi tubuh yang besar, lapisan kulit yang kuat, tendangan belakang yang mematikan, dan langkah yang panjang dan cepat membuat jerapah dewasa seekor mangsa yang tidak diinginkan oleh hewan karnivora yang lain.

Untuk menyatakan bahwa seluruh hal ini mungkin adalah hasil evolusi ke suatu kelas binatang, dengan kurangnya hal lain yang berhubungan dan bisa terpikirkan, dan menjadi amat terbina hanya karena yang disangka adalah kurangnya makanan di bagian permukaan, adalah hal yang mustahil. Tidakkah seharusnya yang lain yang juga makan di bagian permukaan, yang juga mempan dengan kucing besar, dan yang juga mengalami radiasi kosmik yang sama, telah mencapai ketinggian seperti jerapah?

Yang menarik, ada hewan lain yang memang makan dari pohon. Kijang gerenuk (Litocranius walleri) dari Afrika memiliki leher terpanjang dari famili kijang, memiliki lidah panjang, dan makan daun-daun dari pohon ketika berdiri dengan kaki belakangnya. Kambing markhor (Capra falconeri) dari Afganistan memanjat pohon setinggi 25 kaki untuk memakan daun-daun pohon. Mamalia lain juga menginginkan daun-daun pohon tetapi tidak ada satupun dari mereka yang akan menjadi jerapah, dan jerapah tentu saja tidak berasal dari hewan 'kurang dari jerapah'.

Kita tidak bisa tahu bahwa kondisi dulu sama dengan sekarang, namun teori "keperluan akan kelangsungan hidup dengan tumbuh lebih tinggi demi makanan" merupakan hal yang sedikit lebih dari spekulasi post hoc (suatu kekeliruan dalam argumen), sama seperti berbagai penjelasan Darwin tentang jenis hewan. Rekor fosil memastikan ini, dan desain unik dan menakjubkan yang terlihat dari hewan ini membuktikan ini. Pujian, keagungan, dan kebesaran tertuju kepada Sang Pencipta jerapah ini.

Referensi

1. Percival Davis and Dean H. Kenyon, Of Pandas and People (Panda dan Manusia), Haughton Publishing Company, Dallas (Texas), 1989, p. 71.

2. Alan R. Hargens, Developmental Adaptations to Gravity/Cardiovascular Adaptations to Gravity in the Giraffe (Perkembangan Adaptasi terhadap Gravitasi/ Adaptasi Kardiovaskular dalam Jerapah), Life Sciences Division, NASA Ames Research Center (California), 1994, p. 12.

3. Helen Roney Sattler, Giraffes, the Sentinels of the Savannas (Jerapah, Penjaga di Padang Rumput), Lothrop, Lee and Shepard Books, New York, 1979, p. 22.

4. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe, Where Darwin Went Wrong (Leher Jerapah, Di Mana Darwin Salah), Ticknor and Fields, New York, 1982, p. 179.


Adaptasi Sebuah Kantung Semar (Nepenthes sp.) Tanaman Unik Yang Semakin Langka




KANTONG SEMAR (Nepenthes sp.)
Kantong semar atau dalam nama latinnya Nepenthes sp. pertama kali dikenalkan
oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan
ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal
tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong
beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja
mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara
di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes
sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak
Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya
dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).
Sampai dengan saat ini tercatat terdapat 103 jenis kantong semar yang sudah
dipublikasikan (Firstantinovi dan Karjono, 2006). Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai
tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuannya itu disebabkan
oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya.
Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kemampuannya yang unik dan asalnya
yang dari negara tropis itu menjadikan kantong semar sebagai tanaman hias pilihan
yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Sayangnya, di negaranya
sendiri justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto,
2006).
Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman
ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Secara keseluruhan,
tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong, yaitu bentuk tempayan, bulat telur/
oval, silinder, corong, dan pinggang.
A. Penyebaran
Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia
Tenggara, hingga Cina bagian Selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau
Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang
hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak,
Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera
menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi.
Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti.
Namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium
Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papua
sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Mansur, 2006).
B. Habitat
Kantong semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat
yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Tanaman ini bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan,
hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, kantong semar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kantong semar dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi.
Karakter dan sifat kantong semar berbeda pada tiap habitat. Beberapa jenis
kantong semar yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan
pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain.
Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa
mencapai 30º C pada siang hari, kantong semar beradaptasi dengan daun yang
tebal untuk menekan penguapan air dari daun. Sementara kantong semar di
daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang
batang kurang dari 2 m.
C. Status Perlindungan
Status tanaman kantong semar termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati
dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on
International Trade in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies kantong
semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk
dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti
segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.
D. Potensi
Kantong semar memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti
anggrek, dan aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran kantong semar sebagai
tanaman hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat
pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili
Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di negaranegara
seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri
Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya,
tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia.
Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan
sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di
dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan
tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini,
Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan
kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari
masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan
protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan
menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar
adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II.
III. Nepenthes sp. DI SUMATERA
Sumatera merupakan urutan kedua setelah Kalimantan sebagai tempat
penyebaran spesies, tapi dari segi jumlah populasi Sumatera dapat mengimbangi
Kalimantan. Dari jenis-jenis yang sudah ditemukan di Sumatera, 12 di antaranya
masih dalam proses identifikasi (Anonimus, 2006). Semua jenis Nepenthes sp.
yang ada di Sumatera tersebar dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi.
Kantong semar (Nepenthes sp.) di Sumatera memiliki beberapa sebutan seperti
periuk monyet di Riau, kantong beruk di Jambi, dan Ketakung atau calong beruk digunung untuk jenis Nepenthes aristolochioides. Pada awalnya, Nepenthes sp. di
Sumatera sangat mudah ditemukan di hampir seluruh tipe hutan dan tersebar
hampir merata di setiap provinsi, kecuali untuk jenis endemik tertentu. Akan tetapi,
sekarang sudah mulai sulit dijumpai, kecuali di daerah tertentu.


Gambar 1. Nepenthes gracilis, salah satu jenis nepenthes yang ditemukan di Hutan
Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
(Sumber foto : Adi)
Berikut ini adalah jenis-jenis Nepenthes sp. di Sumatera yang telah
teridentifikasi (Mansur, 2006), baik spesies alami maupun jenis silang alaminya :
1. Nepenthes adnata Tamin dan M. Hotta ex Schlauer
Silang alami : Belum diketahui
Habitat : Hutan dataran rendah (600-1.100 m dpl)
Status : Kritis
Saat ini penyebaranya baru diketahui hanya di Sumatera Barat. Hidup di tempat-tempat terlindung dengan
kelembaban cukup tinggi pada substrat lumut dan berbatu pasir. Jenis ini memiliki kemiripan dengan N. tentaculata.
2. Nepenthes albomarginata T.Lobb ex Lindl
Varietas : villosa, typica, tomentolla dan cubra
Silang alami : dengan N. ampullaria, N. clipeata, N. hirsuta, N. northiana, N. reinwardtiana, N. vietchii, N.
custadhya
Habitat : Hutan kerangas dataran rendah, puncak bukit dengan ve-getasi terbuka di tanah kapur atau
tanah berpasir. Ter-sebar pada ketinggian 0-1.100 m dpl.
Status : Terkikis
3. Nepenthes ampullaria Jack
Varietas : geelvinkeana, microsepala dan racemosa
Silang alami : dengan N. albomarginata, N. bicalcarata, N. gracilis, N. rafflesiana, N. hirsuta, N. mirabilis, N.
reinwardtiana dan N. tobaica.
Habitat : Hutan kerangas, hutan rawa gambut, hutan rawa, pinggir sungai, sawah, dan semak belukar.
Umumnya hidup di tempat-tempat terbuka, lapangan luas, tanah-tanah basah. Jenis ini tersebar
pada ketinggian 0-1.100 m dpl.
Status : Terkikis
4. Nepenthes angasanensis Maulder, D. Schula, B. Salman dan B. Quinn
Silang alami : dengan N. densiflora
Habitat : Terestrial atau efifit di hutan lumut (2.200-2.800 m dpl)
Status : Rawan
5. Nepenthes aristolochioides Jebb dan Cheak
Silang alami : dengan N. singalana
Habitat : Terestrial atau efifit di hutan lumut pada punggung-pung-gung bukit yang terjal pada ketinggian
2.000-2.500 m dpl.
Status : Kritis
Jenis ini merupakan jenis endemik di Jambi
6. Nepenthes bongso Korth
Silang alami : dengan N. singalana dan N. talangensis
Habitat : Hutan dataran rendah dan dataran tinggi (1.000-2.700 m dpl)
Status : Terkikis
Jenis ini ditemukan di Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Umum-nya hidup sebagai efifit di hutan
pegunungan dataran rendah yang berlumut. Kata bongso diambil dari nama kawah bongso Gunung Merapi (tempat
pertama kali jenis ini dikoleksi oleh Korthals).
7. Nepenthes diata Jebb dan Cheek
Silang alami : dengan N. mikei
Habitat : Hutan lumut dan hutan pegunungan dataran tinggi pada ketinggian 2.400-2.900 m dpl.
Status : Genting
Jenis dataran tinggi ini ditemukan di Gunung Bandahara, Aceh. Memiliki hubungan dekat dengan N. singalana.
8. Nepenthes dubia Danser
Silang alami : dengan N. singalana
Habitat : Hutan pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi (1.000-2.700 m dpl)
Status : Kritis
Jenis ini banyak ditemukan di Sumatera Barat, memiliki bentuk kantong yang unik (seperti kloset duduk). N. dubia
memiliki hubungan dekat dengan N. inermis yang memiliki bentuk kantong hampir serupa. Umumnya hidup sebagai
efifit pada tajuk-tajuk pohon di hutan lumut atau terestrial di semak-semak tempat terbuka.
9. Nepenthes custachya Miq
Silang alami : dengan N. albomarginata, N. longifolia, dan N. sumatrana
Habitat : Bukit-bukit yang terjal dan terbuka pada substrat tanah berbatu pasir pada ketinggian (0-1.600
m dpl)
Status : Terkikis
Jenis yang tergolong endemik Sumatera ini memiliki bentuk kantong atas dan bawah hampir sama dan tidak memiliki
sayap. Jenis ini mirip dengan N. alata dari Filipina.
10. Nepenthes gracilis Korth
Silang alami : dengan N. ampullaria, N. mirabilis, N. rafflesiana, dan N. reinwardthiana
Habitat : Hutan dataran rendah, hutan rawa gambut, hutan kera-ngas, vegetasi pinggir sungai pada
ketinggian 0-1.100 m dpl)
Status : Terkikis
Jenis ini memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Mampu hidup
di berbagai habitat dan jenis tanah. Oleh karena itu, jenis ini memiliki daerah penyebaran yang cukup luas.
11. Nepenthes inermis Danser
Silang alami : dengan N. spathulata, N. talangensis
Habitat : Efifit di hutan lumut, terestrial di hutan pegunungan da-taran tinggi (1.500-2.600 m dpl)
Status : Terkikis
Jenis ini termasuk jenis endemik Sumatera. Memiliki bantuk kantong yang mirip dengan N. dubia. Kantong roset dan
kantong bawah jarang ada.
12. Nepenthes jacqvelineae C. Clorke, T. Davis dan Tamin
Silang alami : Belum diketahui
Habitat : Efifit atau terestrial di hutan lumut (1.700-2.200 m dpl)
Status : Belum diketahui
Jenis ini baru ditemukan pada tahun 2000 oleh T. Davis. Merupakan jenis endemik Sumatera dan baru diketahui
penyebarannya di Sumatera Barat dan memiliki hubungan dekat dengan N. inermis.
13. Nepenthes mirabilis (Lour) Druce
Silang alami : dengan N. ampullaria, N. bicalcarata, N. gracilis, N. fafflesiana, dan N. spathulata
Habitat : Hidup di tempat-tempat terbuka pada tebing-tebing di pinggir jalan, pinggir sungai, pinggir hutan
sekunder, pinggir danau. Pada umumnya tumbuh di tanah podsolik merah. Penyebarannya
pada ketinggian 0-1.500 m dpl, tetapi umumnya pada ketinggian di bawah 500 m dpl.
Status : Terkikis
Jenis ini memiliki daya adaptasi lebih tinggi daripada N. gracilis dan jenis lainnya. Oleh karena itu, jenis ini dapat
hidup di berbagai habitat pada tempat-tempat yang basah maupun kering. Jenis ini menyebar luas di Asia Tenggara.
14. Nepenthes pectinata Danser
Silang alami : Belum diketahui
Habitat : Hutan dataran tinggi, hutan lumut (950-2.750 m dpl)
Status : Terkikis
15. Nepenthes rafflesiana Jack
Varietas : alata, ambigua, elongate, glaberrina, insignis, minor, nigcopurpurea, nivea, dan typical
Silang alami : dengan N. ampullaria, N. bicalcurata, N. gracilis, N. mirabilis
Habitat : Tumbuh di tempat-tempat terbuka atau pun ternaungi yang basah atau kering seperti hutan
rawa gambut dan hutan kerangas (0-1.200 m dpl)
Status : Terkikis
Di antara marga Nepenthes, jenis ini memiliki ukuran kantong cukup besar, kantong bawah dapat menampung air
hingga satu liter.
16. Nepenthes reinwardtiana Miq
Varietas : samarindensis
Silang alami : dengan N. albomarginata, N. ampullaria, N. gracilis, N. spathulata, N. tobaica, N. sterophylla, N.
hispida, N. makrovulgaris.
Habitat : Hutan rawa gambut, hutan kerangas, hutan dataran rendah, hutan lumut, (0-2.100 m dpl)
Status : Terkikis
Dua spot mata di dalam dinding kantong di bawah permukaan mulut kantong merupakan ciri utama dari jenis ini.
Namun tidak semua kantong memiliki dua spot mata.
17. Nepenthes spathulata Danser
Silang alami : dengan N. inermis, N. mirabilis, N. reinwardtiana, N. tobaica
Habitat : Hidup efifit atau terestrial di hutan lumut dan hutan pegunungan dataran tinggi (1.100-2.900 m
dpl)
Status Kritis
Jenis ini mirip dengan N. singalana. Penyebarannya cukup luas di hutan pegunungan dataran rendah di Sumatera
Selatan, Bengkulu, dan Jambi.
18. Nepenthes sumatrana (Miq) Beck
Silang alami : dengan N. custochya
Habitat : Dataran rendah pada tanah berbatu pasir (0-800 m dpl)
Status : Kritis
Jenis ini ditemukan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jambi. Hidup terestrial di tempat yang ternaungi pada
hutan dataran rendah dengan substrat tanah berbatu pasir. Sering dijumpai sampai di tajuk pohon.
19. Nepenthes tobaica Denser
Silang alami : dengan N. ampullaria, N. reinwardtiana, N. spathulata
Habitat : Hutan pegunungan (380-2.750 m dpl)
Status : Terkikis
Kata tobaica diambil dari nama danau Toba di Sumatera Utara yang merupakan tempat pertama kali ditemukan.
20. Nepenthes xhooveriana
Jenis ini merupakan silangan alami dari N. ampullaria dan N. rafflesiana. Kantong bawahnya mirip dengan N.
ampullaria tetapi penutup kantong bawanhnya mirip dengan N. rafflesiana.
21. Nepenthes xtrichocarpa
Jenis ini merupakan hasil silangan antara N. ampullaria dengan N. gracilis. Bentuk dan ukuran kantong mirip dengan
N. gracilis tetapi bentuk mulut dan bibir mirip N. ampullaria.
22. Nepenthes xneglecta
Jenis ini merupakan silangan alami dari N. gracilis dengan N. mirabilis. Umumnya bentuk kantong mirip dengan N.
gracilis tetapi ukurannya lebih besar. Ukuran daun lebih panjang daripada N. gracilis, pinggiran daun tidak
berbulu/bergigi. Bentuk batang silindris tidak seperti N. gracilis yang memiliki bentuk batang segitiga.
Sebenarnya masih banyak lagi jenis silangan alami lainnya. Sekitar 71 jenis
silangan alami yang telah ditemukan di Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan
Borneo (Mansur, 2006), tapi hanya tiga jenis saja yang populer di Sumatera (N.
xhooveriana, N. xtrichocarpa, dan N. xneglecta).
IV. ANCAMAN
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan kajian literatur, potensi ancaman
terhadap kelangsungan hidup Nepenthes sp. di Sumatera lebih banyak berasal
dari gangguan manusia. Aktivitas masyarakat di sekitar habitat alami yang dapat
mengganggu keberadaan Nepenthes sp. antara lain berupa kegiatan mencari kayu
meskipun secara tidak langsung dapat mengganggu Nepenthes sp. karena dapat
tertimpa pohon yang ditebang atau tercabut secara tidak sengaja, serta kemungkinan tanaman mati karena ingan tempat tanaman ini terpotong/ditebang
(Kunarso dan Fatahul A., 2006).
Selain aktivitas tersebut, pola pembukaan ladang dengan sistem sonor
(dibakar) yang umum dilakukan di Sumatera juga dapat mengganggu kehidupan
Nepenthes sp. di habitat alaminya. Pembukaan lahan atau konversi hutan dalam
skala kecil maupun besar dengan cara tradisional maupun modern yang dilakukan
oleh masyarakat maupun perusahaan juga mengancam keberadaan jenis ini dan
jenis flora lainnya.
Ancaman terbaru yang masuk belakangan ini adalah pengeksploitasian
terhadap Nepenthes sp. oleh masyarakat untuk kepentingan bisnis. Eksploitasi
yang tidak memperhatikan kaidah ekologi-konservasi tentu akan mempercepat
kepunahan Nepenthes sp. di habitat alaminya. Banyak pedagang di Sumatera
yang menjual jenis ini yang bukan dari hasil tangkaran atau budidaya tetapi dari
hasil cabutan alam. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pedagang, pada
umumnya para pedagang ini tidak mengetahui status Nepenthes sp. yang mereka
jual. Mereka hanya mengambil langsung dari alam dan menjualnya dengan harga
murah sekitar Rp 25.000,- sampai Rp 100.000,- /tanaman, bahkan ada yang
menjual Rp 10.000,-/tanaman yang diambil dari habitat alaminya (sistem pesan
banyak tanpa pot). Hal ini sangatlah memprihatinkan mengingat populasi
Nepenthes sp. di alam yang sudah semakin sedikit.
Sementara itu bahaya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi hampir setiap
tahun juga menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup dari Nepenthes sp.,
khususnya jenis yang ada di hutan rawa gambut karena tipe hutan seperti ini
sangat rawan terhadap kebakaran. Kebakaran pada lahan rawa gambut tergolong
dalam tipe kebakaran bawah (ground fire). Nugroho et al. (2005) menyatakan
bahwa pada kebakaran dengan tipe ground fire, api menyebar tidak menentu
secara perlahan di bawah permukaan karena tidak dipengaruhi oleh angin. Tipe
kebakaran seperti ini mengancam akar-akar vegetasi yang ada di atasnya dan
dapat menyebabkan kematian vegetasi tersebut.
V. UPAYA KONSERVASI
Populasi kantong semar di alam diprediksikan akan terus mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
kebakaran hutan, penebangan kayu secara eksploitatif, pengembangan
pemukiman, pertanian, dan perkebunan serta eksploitasi yang berlebihan untuk
tujuan komersil (Mansur, 2006). Hutan rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan
sebagai salah satu habitat alami kantong semar, hampir setiap tahun mengalami
kebakaran. Konversi lahan hutan untuk pengembangan pemukiman, pertanian,
dan perkebunan menjadi suatu hal yang harus dilakukan seiring dengan semakin
bertambahnya populasi penduduk. Hal ini pulalah yang ditengarai sebagai
penyebab makin berkurangnya habitat kantong semar di alam.
Apabila hal ini terus menerus dibiarkan tanpa adanya upaya penyelamatan
ancaman kepunahan kantong semar di alam tinggal menunggu waktunya. Untuk
itu diperlukan usaha konservasi, baik in-situ maupun ex-situ dengan cara budidaya
dan pemuliaan.
Konservasi in-situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
liar di dalam kawasan suaka alam yang dilakukan dengan jalan membiarkan agar
populasinya tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya. Upaya konservasi
in-situ ini dikatakan paling efektif, karena perlindungan dilakukan di dalam habitat aslinya, sehingga tidak diperlukan lagi proses adaptasi bagi kehidupan dari jenis
tumbuhan dan satwa liar tersebut ke tempat yang baru (Nurhadi, 2001 dalam
Sudarmadji, 2002). Namun demikian, suatu kelemahan akan terjadi jika suatu jenis
yang dikonservasi secara in-situ tersebut memiliki penyebaran yang sempit;
kemudian tanpa diketahui terjadi perubahan habitat, maka akan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup jenis tersebut; begitu pula jika di
daerah tersebut terjadi bencana atau kebakaran, dapat dipastikan seluruh jenis
yang terdapat di dalamnya akan terancam musnah dan tidak ada yang dapat
dicadangkan lagi. Oleh karena itu, selain upaya konservasi in-situ perlu dilengkapi
dengan upaya konservasi ex-situ (Nurhadi, 2001 dalam Sudarmadji, 2002).
Upaya konservasi ex-situ merupakan upaya pengawetan jenis di luar kawasan
yang dlakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan
satwa liar. Kegiatan konservasi ex-situ ini dilakukan untuk menghindari adanya
kepunahan suatu jenis. Hal ini perlu dilakukan mengingat terjadinya berbagai tekanan
terhadap populasi maupun habitatnya (Nurhadi, 2001 dalam Sudarmadji,
2002).
Hal lain yang tidak kalah penting ialah penyebarluasan informasi mengenai
Nepenthes sp. itu sendiri kepada masyarakat umum agar mereka mengetahui
keberadaan populasi, status jenis, dan status hukum yang melindungi tanaman
dari kepunahan. Upaya ini harus disertai dengan disiplin tinggi dari penerapan
hukum bagi ancaman-ancaman yang ada terhadap kelangsungan hidup
Nepenthes sp.

Tingkah Laku Unik Adaptasi Berbagai Makhluk Hidup

Kucing

Kucing mempunyai sebuah membran yang mirip cermin dibelakang mata mereka yang memungkinkan bagi mereka untuk berburu didalam kegelapan yang sangat pekat. Membran ini di sebut “tapetum lucidum”.

http://www.catfacts.org/cat-facts.jpg
Membran ini memantulkan kembali cahaya setelah cahaya tersebut melewati retina yang mana memberikan kesempatan lagi untuk mengambil photon cahaya saat cahaya lewat lagi untuk kedua kalinya. Ini memberikan penglihatan yang sangat tajam bagi kucing.

Burung

Banyak jenis burung, khususnya yang suka bermigrasi, bisa memanfaatkan medan magnetik bumi agar tetap pada jalur/arah yang tepat dalam penerbangan yang jauh.

http://adisan82.files.wordpress.com/2009/01/snow-geese.jpg

Para Ilmuwan masih bertanya-tanya bagaimana mereka melakukannya, akan tetapi salah satu penelitian terbaru mengatakan bahwa mungkin mempunyai semacam kemampuan yang membuat mereka bisa “melihat” garis magnetik bumi sebagai sebuah pola warna atau cahaya yang melapisi penampakan di daerah sekitarnya.

Tikus

Kebanyakan tikus penglihatannya tidaklah tajam, tapi mereka mengatasi kekurangan tersebut dengan sungut pada moncongnya. Para tikus mempunya rambut yang panjang yang juga di sebut “vibrissae” laykanya tongkat bagi orang yang buta.

http://ndutz354.files.wordpress.com/2008/12/tikus.jpg
Dengan menggetarkan sungut mereka pada benda di depannya tikus dan hewan pengerat lainnya mencitra bentuk dan keadaan di sekelilingnya.

Ngengat

Bagi banyak ngengat, istilah “love is in the air” atau cinta itu di awang-awang adalah sesuatu yang nyata bukan hanya kata para pujangga.

http://farm1.static.flickr.com/75/177895370_a1f43df936.jpg

Serangga berbulu lembut ini bisa mendeteksi “sinyal cinta” yang disebut “pheromones” yang dipancarkan dari lawan jenis dari jarak hingga 7 mil atau kurang lebih 11 kilo meter. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa manusia bisa juga mendeteksi “pheromones”, tapi spertinya hal ini masih memerlukan pembuktian.

Ular

Ketika seekor ular sedang “melet-melet” atau menjulurkan lidah “garpu”nya mungkin tampak konyol bagi manusia, akan tetapi sebenarnya itu ada gunanya karena ular tersebut sebenarnya sedang mencium atau merasakan sekelilingnya. Seekor ular menggunakan lidahnya untuk mengumpulkan partikel yang melayang di udara.
http://www.trosch.org/jpi/snakerat.jpg
Lidah yang berlapis tersebut kemudian ditempelkan ke suatu lubang istimewa di langit-langit mulutnya yang di sebut “organ Jacobson’s”. Disana kemudian bau-bauan dari partikel yang di masukkan di proses dan diterjemahkan kedalam sinyal listrik yang dikirimkan ke otak ular sehingga ular mampu mengetahui keadaan sekelilingnya.

Burung penghisap madu

Burung kolibri yang biasa menghisap madu pada bunga sambil terbang mampu menyesuaikan diri dengan panjang gelombang cahaya di luar daya lihat manusia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFgCjqXfFP4GW4wkRxydlw-EgSOckXNnP6j4oFX_GROtnPa1pMuJTUIhdvMQA5Q2WYR6PDHlUaBIj2wfYZsNFKCLTGt9T1sFT8nOSXgaP0iy9m5bkO1c3oHoYH9p4OVgxBxgHrgyWArI60/s320/kolibri_hummingbird.jpg

Burung yang nampak berwarna kuning bagi kita sering memancarkan atau berpendar dengan warna cahaya yang kita tidak punya nama untuk warna tersebut, yang lebih dekat kepada cahaya ultra violet.
Teleskop semisal teleskop Hubble membuat gambar dengan ultraviolet yang kemudian di beri warna oleh para ilmuwannya sehingga kita bisa menikmati gambarnya.

Boa

Organ sensitive terhadap temperature yang terletak diantara mata dan nostril ular berbisa membuat ular bisa mendeteksi panas badan dari mangsa mereka.
http://cdn.sheknows.com/articles/boa-snake.jpg

Organ ini terletak pada setiap sisi kepala ular, jadi hewan ini bisa mengamati dengan seksama kemudian melancarkan serangan yang mematikan meskipun dalam keadaan gelap gulita.

Hiu

Jangan pernah mencoba bermain petak umpet dengan seekor hiu karena kemungkinannya besar sekali anda akan kalah. Ikan hiu mempunyai sel-sel istimewa di dalam otaknya yang sangat sensitive terhadap medan listrik yang terdapat pada tubuh makhluk lainnya.

http://evanstonpubliclibrary.files.wordpress.com/2009/08/shark.jpg

Kemampuan seperti ini sangat hebat pada beberapa jenis hiu hingga mereka bisa menemukan ikan yang bersembunyi di bawah pasir dengan sinyal listrik yang dipancarkan urat gerak mereka.

Kelelawar

http://www.abdn.ac.uk/~nhi708/classify/animalia/chordata/mammalia/chiroptera/bat.jpg

Kelelawar menghindari rintangan dengan memancarkan cuitan ultrasonik dan menterjemahkan pantulan yang disebabkan gelombang ultrasonik setelah memantul dari benda disekelilingnya. Sonar biologis ini yang disebut “echolocation” juga di pergunakan oleh ikan lumba-lumba untuk berenang pada kadalaman laut yang gelap.

Pinguin

Pinguin beradaptasi pada lingkungan suhu ekstrim dengan cara berkelompok dengan koloninya. Mereka selalu berdekatan untuk menghangatkan tubuhnya. Adaptasi yang dilakukan oleh pinguin sangat teroganisir. Saat pinguin yang berada dibagian luar kelompok merasa kedinginan,maka dia akan berpindah di tengah-tengah dan di gantikan oleh pinguin yang berada di dalam koloni. Adaptasi inilah yang menyebabkan kelompok pinguin tetap survive pada saat suhu ekstrim.

Unta
Yang menjadikan unta "makhluk hidup istimewa" adalah struktur tubuhnya, yang tidak terpengaruh oleh kondisi alam paling keras sekalipun. Tubuhnya memiliki beberapa keistimewaan, yang memungkinkan unta bertahan hidup berhari-hari tanpa air dan makanan, dan mampu mengangkut beban ratusan kilogram selama berhari-hari.

Ciri-ciri unta, yang akan kita pelajari secara terperinci pada halaman-halaman berikut, membuktikan bahwa hewan ini diciptakan khusus untuk kondisi iklim kering, dan bahwa ia disediakan untuk melayani manusia. Ini adalah tanda-tanda penciptaan yang nyata bagi orang-orang yang berakal.



Punuk Unta Sebagai Simpanan Makanan

Punuk unta, yang berupa gundukan lemak, menyediakan sari makanan bagi hewan ini secara berkala ketika ia mengalami kesulitan makanan dan kelaparan. Dengan sistem ini, unta dapat hidup hingga tiga pekan tanpa air. Selama masa ini, unta kehilangan 33% berat badannya. Dalam kondisi yang sama, seorang manusia akan kehilangan 8% berat badannya dan meninggal dalam waktu 36 jam, dan kehilangan seluruh air dari tubuhnya.



Bulu Tebal Yang Menyekat Panas

Bulu tebal yang tidak tertembus pada tubuh unta mencegah matahari padang pasir yang terik mencapai kulitnya. Bulu ini juga menghangatkan unta dalam kondisi cuaca yang membekukan. Unta padang pasir tidak terpengaruh oleh suhu hingga setinggi 50 C, dan unta Baktria yang berpunuk dua mampu bertahan hidup pada suhu hingga serendah -50 C. Unta jenis ini mampu bertahan hidup bahkan pada lembah-lembah dataran tinggi, 4000 m di atas permukaan laut. Unta Dromedari dapat bertahan pada suhu -52 C, di wilayah-wilayah paling tinggi di Asia Tengah.

Bulu tebal ini terdiri atas rambut yang tebal dan kusut, yang tidak hanya melindungi tubuhnya dari kondisi cuaca dingin maupun panas, tetapi juga mengurangi kehilangan air dari tubuh. Unta Dromedari dapat memperlambat penguapan air dengan meningkatkan suhu tubuhnya sampai 41 C. Dengan cara ini, ia mencegah kehilangan air.

Daya Tahan Luar Biasa Dari Lapar Dan Haus

Unta dapat bertahan hidup tanpa makanan dan air selama delapan hari pada suhu 50 C. Pada masa ini, ia kehilangan 22% dari keseluruhan berat badannya. Sementara manusia akan sekarat jika kehilangan air setara dengan 12% berat badan, seekor unta kurus dapat bertahan hidup kendatipun kehilangan air setara dengan 40% keseluruhan berat badan.

Penyebab lain kemampuannya bertahan terhadap haus adalah adanya mekanisme yang memungkinkan unta meningkatkan suhu tubuh-dalamnya hingga 41 C. Dengan demikian, ia mampu meminimalkan kehilangan air dalam iklim panas yang ekstrem di gurun pasir pada siang hari. Unta juga mampu mengurangi suhu tubuh-dalamnya hingga 30 C pada malam yang dingin di padang pasir.

Unit Penggunaan Air Yang Baik

Unta mampu mengonsumsi air hingga 30 liter, yaitu sekitar sepertiga dari berat badannya, dalam waktu kurang dari 10 menit. Di samping itu, unta memiliki struktur selaput lendir dalam hidungnya yang seratus kali lebih besar dari yang ada pada manusia. Dengan selaput lendir hidungnya yang besar dan melengkung, unta mampu menyerap 66% kelembapan yang ada di udara.

Pemanfaatan Maksimal Makanan Dan Air

Sebagian besar binatang mati keracunan ketika urea yang tertimbun dalam ginjal berdifusi ke dalam darah. Akan tetapi, unta menggunakan air dan makanan secara maksimal dengan melewatkan urea ini berkali-kali melalui hati. Struktur darah dan sel unta dikhususkan untuk membuat hewan ini hidup lama tanpa air dalam kondisi padang pasir.

Dinding sel hewan ini memiliki struktur khusus yang mampu mencegah kehilangan air secara berlebihan. Di samping itu, komposisi darah mencegah terjadinya pelambatan peredaran darah, bahkan ketika jumlah air di dalam tubuh unta berkurang hingga batas minimum. Selain itu, dalam darah unta terdapat lebih banyak enzim albumin, yang memperkuat ketahanan terhadap haus, dibandingkan dalam darah makhluk hidup lain.

Punuk adalah pendukung lain bagi unta. Seperlima dari seluruh berat badan unta tersimpan dalam bentuk lemak pada punuknya. Penyimpanan lemak tubuh hanya pada satu bagian tubuh mencegah pengeluaran air dari seluruh tubuhnya-yang berkaitan dengan lemak. Ini memungkinkan unta menggunakan air secara minimum.

Walau mampu mengonsumsi 30-50 kg makanan dalam sehari, dalam kondisi yang keras unta mampu bertahan hidup hingga sebulan hanya dengan 2 kg rumput sehari.


Mereka Bahkan Dapat Memakan Duri

Unta memiliki bibir yang sangat kuat dan mirip karet, yang memungkinkannya memakan duri yang cukup tajam untuk menusuk kulit tebal. Di samping itu, unta memiliki lambung berbilik empat dan sistem pencernaan yang sangat kuat, yang mampu mencerna apa pun yang ia makan. Ia bahkan mampu memakan bahan-bahan seperti karet India, yang tidak dapat dianggap sebagai makanan. Sungguh jelas bagaimana pentingnya kualitas ini pada iklim yang sedemikian kering.

Perlindungan Terhadap Badai Pasir

Mata unta memiliki dua lapisan bulu mata. Bulu mata ini saling kait seperti perangkap dan melindungi matanya dari badai pasir yang kuat. Selain itu, unta mampu menutup lubang hidungnya, sehingga pasir tidak dapat masuk.

Perlindungan Terhadap Pasir Yang Membakar

Lututnya tertutup kapalan, yang terbentuk dari kulit sekeras dan setebal tanduk. Ketika hewan ini berbaring di pasir yang panas, struktur berkapalan ini melindunginya dari luka akibat permukaan tanah yang sangat panas.

Kaki unta, yang terlalu besar bagi tungkainya, secara khusus "didesain" dan diperlebar untuk membantunya berjalan di atas pasir tanpa terperosok. Kaki ini telapaknya luas dan menggembung. Selain itu, kulit tebal khusus di bawah telapak kaki merupakan perlindungan terhadap pasir yang membakar.